Paus dan lumba-lumba yang terdampar itu akhirnya terluka, sakit, dan bahkan banyak yang tewas.
Ini beberapa contoh peristiwanya:
Lebih dari 150 paus terdampar di dua pantai New Zealand pada akhir Desember 2009 lalu. Tim penyelamat, turis serta warga sekitar, bahu membahu untuk menyelamatkan paus-paus tersebut dengan berusaha mengembalikan kawanan paus ke laut. Sebelumnya, tubuh paus diberikan selimut basah, supaya temperaturnya terjaga. Namun menolong paus tersebut bukan perkara mudah, karena mereka sudah sangat kekurangan air, kepanasan, serta luka. Akhirnya, 43 paus berhasil diselamatkan. Namun sayang, sebagian besar nggak bisa bertahan, bahkan ada yang terpaksa disuntik mati (euthanisia) setelah menderita kesakitan selama berhari-hari.
Pada dua Maret tahun lalu, di Negara bagian Tasmania, Australia, 200 paus dan lumba-lumba (lagi-lagi) terdampar. Ternyata, tiap tahunnya, sekitar 300 paus dan lumba-lumba ditemukan terdampar di benua Australia. Hal ini menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat , termasuk berbagai organisasi seperti WWF, DPIW (Department of Primary Industries and Water), Parks and Wildlife Service, dll
Tahun 1918 tercatat dalam sejarah sebagai peristiwa terdampar terbesar, dimana 1000 paus tergeletak di pantai Chatham Island, wilayah New Zaeland. Sementara rekor kedua terjadi pada tahun1985, di pantai Great Barrier Island, New Zealand. Di sana, 450 kawanan paus terdampar, 324 diantaranya berhasil diselamatkan oleh para sukarelawan.
Sepanjang 2009 lalu, di beberapa pantai Indonesia, di antaranya di pantai Cipatujah Tasikmala serta pantai di Lumajang, Jawa Timur ditemukan paus yang terdampar sendirian. Yang menyedihkan, karena kekurangtahuan warga, paus yang terdampar malah dijadikan obyek tontonan.